Langsung ke konten utama

Mengajarkan Tanggung Jawab pada Si Kecil


Mengajarkan tanggung jawab pada anak memang sebaiknya dimulai sejak dini. Mengajarkan tanggung jawab pada anak pun ada batas usianya. Ayah dan Bunda dapat memulainya apabila anak bila sudah memahami sebab akibat dan bisa melakukan perintah sederhana. Usia ideal untuk mengajarkan tanggung jawab adalah di usia 3 tahun, meski ada juga yang memulainya lebih awal lagi. Namun hal ini kembali lagi ke Ayah Bunda, karena kitalah yang memahami anak masing-masing. Ayah Bunda lah yang paling tahu kapan si Kecil sudah siap diajarkan untuk bertanggung jawab. Tanggung jawab sebaiknya dipandang sebagai sebuah kebiasaan baik yang bisa dimiliki setiap orang. Namun, ‘kebiasaan baik’ itu tidak bisa tumbuh dengan sendirinya jika tidak ditanam, dipupuk dan dipelihara. Beberapa cara untuk mengajarkan tanggung jawab pada anak, yaitu: 1. Menjadi contoh dan konsisten Jangan pernah bosan mengatakan bahwa Ayah Bunda adalah contoh dan panutan bagi si Kecil. Jadi, Ayah Bunda pun harus menjadi pribadi yang bertanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari. Menjadi panutan dapat dilakukan dengan hal-hal sederhana. Misalnya, mengucapkan maaf atau merapikan mainan setelah digunakan. 2. Mulai dari yang sederhana Mulailah dari  hal-hal kecil, seperti meminta si Kecil merapikan mainan, meletakan piring kotor yang digunakan ke tempat cuci piring dan membuang bungkus permen di tempat sampah. Si Kecil harus diingatkan berulang kali sampai si Kecil dapat melakukannya sendiri tanpa disuruh. Segera tegur jika si Kecil tidak menuntaskan apa yang telah biasa dilakukannya. Jangan lupa ucapkan terima kasih saat ia Kecil selesai melakukannya. 3. Sistem Punishment dan Rewards ‌Di usia 3 tahun si kecil sudah memahami tentang punishment atau hukuman. Misalnya selesai bermain dan mainannya masih berantakan, mintalah si Kecil merapihkannya. Dan misal si Kecil membuat ruangan berantakan ketika Ayah Bunda sudah meminta si Kecil untuk menjaganya, Ayah Bunda dapat meminta si kecil merapikan dan membersihkanya sebagai bentuk tanggung jawab sekaligus punishment untuknya. Tetapi tetap dampingi si Kecil ya, jangan buat hal ini sebagai perintah untuk si Kecil. Karena tanggung jawab yang dilakukan si kecil akan berbeda di setiap tingkat usianya. Ketika si Kecil sudah bersekolah, salah satunya selain belajar si kecil pun bertanggung jawab terhadap PR-nya. Setelah si Kecil menyelesaikan apa yang menjadi tanggung jawabnya jangan lupa ucapkan terimakasih kasih dan pujian untuknya. Dan ketika si kecil sudah melewati beberapa level tanggung jawab yang sudah Ayah Bunda ajarkan, dapat Ayah Bunda berikan hadiah. Tidak perlu mahal, mungkin bisa dengan berkumpul dengan Ayah Bunda dan mengerjakan berbagai hal bersama atau piknik ke pasar malam untuk naik odong-odong. Untuk punishment dan rewards saya kembalikan ke Ayah Bunda karena Ayah Bunda lah yang mengetahui tingkat tanggungjawab dari si Kecil. 4. Tidak Membentak Ketika si kecil tidak sengaja menumpahkan minuman atau makanannya, mintalah si Kecil untuk membersihkannya. Walaupun biasanya Ayah Bunda masalah usahakan untuk tidak membentak si Kecil. Berdamailah dengan diri Ayah Bunda terlebih dahulu. Kemudian minta pada si Kecil dengan tegas namun lembut dan mulai dengan kata "Tolong". Membentak menurut saya akan membuat si Kecil merasa dirinya takut berbuat salah lagi dan tidak berharga. Karena rasa takut salah akan membuat si Kecil tumbuh menjadi pribadi yang rendah diri. Seharusnya si kecil menjadi Pribadi yang Mandiri dan Percaya Diri. Selain itu Ayah Bunda juga harus mendukung hal ini dengan letakan kain lap, keranjang baju kotor pada tempat yang mudah di jangkau anak serta letakkan tempat sampah pada tempat yang mudah dijangkau si Kecil. Tanggung jawab adalah sikap yang dibentuk melalui proses. Apabila si kecil menolak saat diajarkan bertanggung jawab, coba untuk lebih bersabar dan jangan bosan melakukannya. Tanggung jawab akan membentuk si Kecil menjadi pribadi yang mandiri dan percaya diri. Ini adalah contoh dari point prestasi yang harus dimiliki si kecil agar menjadi Generasi Maju.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kreatifitas Buah Hati dalam Kolase

Membuat kolase sangat menyenangkan. Kolase adalah komposisi artistik yang dibuat dari berbagai bahan, seperti kertas, kain, kaca, logam, kayu, dan lainnya yang ditempelkan pada permukaan gambar. Kolase merupakan karya seni rupa dua dimensi yang menggunakan berbagai macam paduan bahan. (Sumber: https://id.m.wikipedia.org/wiki/Kolase) Kolase yang biasa Bunda temui biasanya dibuat dengan menempel-nempel potongan kertas warna-warni, biji-bijian, kerang, kulit telur, daun-daun kering, pita, manik-manik & lain. Bahan-bahan yang ingin ditempelkan tergantung dari kreatifitas Bunda & si Kecil. Seru sekali ya Bunda. Kolase yang biasa dibuat biasanya dari potongan kertas warna-warni. Hal ini dikarenakan bahan yang diperlukan mudah diperolah. Bahannya cukup kertas warna-warni dan lem kertas. Kertas warna-warni cukup dipotong kecil-kecil sesuai selera. Tempelkan potongan kertas warna-warni dengan lem pada pola yang diinginkan. Yeay, yuk berkreasi. Untuk kolase dari biji-...

Memberdayakan IWAS Di Tengah Pandemi

Warung Anak Sehat memberikan akses jajanan sehat untuk anak Indonesia sekaligus memberdayakan perempuan Indonesia untuk bisa berdikari secara offline dan online. Assalamualaikum Apa kabar bunda? Semoga selalu sehat serta semakin kreatif di tengah Pandemi saat ini. Banyak pihak yang terdampak karena Pandemi ini. Salah satu IWAS atau Ibu Warung Anak Sehat yang tidak dapat berjualan di kantin sekolah karena sekolah tutup. O iya pasti ada yang bertanya-tanya apa sih IWAS dan WAS itu. Ibuk mau bahas sedikit ya. Berikut sekilas tentang WAS (Warung Anak Sehat). Warung Anak Sehat (WAS) adalah Se buah program sosial oleh PT Sarihusada Generasi Mahardhika yang bertujuan untuk membentuk kebiasaan mengkonsumsi makanan dan minuman yang sehat dan bernutrisi pada anak-anak usia sekolah dasar. Warung Anak Sehat memulai programnya pertama kali sejak tahun 2011, dan sampai sekarang sudah menyasar ke 446 sekolah dengan total sebanyak 350 IWAS yang tergabung dari Ambon, Bandung, Bogor dan Yogyakarta. Beri...

Asah Motorik Halus Sejak Dini

Perkembangan gerak motorik anak terus berkembang secara signifikan. Gerakan motorik terbagi menjadi tiga, yaitu gerakan refleks, motorik kasar, dan motorik halus. Pada dasarnya, gerakan refleks dan motorik kasar akan berkembang dengan sendirinya melalui aktivitas gerak anak sehari-hari. Contohnya adalah aktivitas merangkak, meraba, berjalan, melompatdan berbagai gerakan lainnya. Melatih gerakan motorik halus pada anak membutuhkan kesabaran, konsentrasi, serta sinkronisasi otak, saraf dan gerak tubuh. Melalui permainan-permainan sederhana berikut ini motorik halus si kecil akan terasah. Permainan apa sajakah itu? Mungkin beberapa permainan sempat saya post sebelumnya. 1. Bermain pasir Permaianan ini bisa dimulai dengan perlahan-lahan ajak si kecil mengumpulkan pasir di ember atau tempat yang disediakan. Mencetak pasir mengikuti bentuk tertentu seperti istana pasir atau benteng kerajaan. Kegiatan ini dapat merangsang gerak motorik halus dan juga melatih anak untuk berimajinasi...